Tanpa Pameran Dunia Osaka 1970, Metal Gear Solid dan Death Stranding Tidak Akan Pernah Ada
Inspirasi Awal Sang Visioner di Dunia Game
completemanpodcast.com – Hideo Kojima dikenal sebagai salah satu sosok paling berpengaruh di industri game modern. Kreator di balik Metal Gear Solid, Death Stranding, dan sejumlah proyek eksperimental lainnya ini, sering kali dianggap sebagai “sutradara auteur” dalam dunia video game. Namun, siapa sangka bahwa akar dari visi futuristik dan filosofi globalnya ternyata berasal dari pengalaman masa kecil di Pameran Dunia Osaka tahun 1970 — sebuah momen yang Kojima sendiri sebut sebagai “awal dari segalanya.”
Dalam sebuah esai yang ditulis untuk majalah Jepang an-an (diterjemahkan oleh Automaton), Kojima merenungkan pengalamannya saat mengunjungi Expo ’70 Osaka — salah satu pameran dunia terbesar di abad ke-20 yang menampilkan visi tentang teknologi masa depan dan harmoni antarbangsa. Ia menggambarkan momen itu sebagai garis pemisah dalam hidupnya, menyebutnya sebagai “masa sebelum dan sesudah kelahirannya secara spiritual.”
Pameran Dunia Osaka 1970: Titik Balik dalam Pandangan Hidup Kojima
Sebuah Dunia Baru untuk Anak Kecil yang Penuh Imajinasi
Sebagai anak kecil yang lahir pada 1963, Hideo Kojima berusia sekitar tujuh tahun ketika mengunjungi Expo 1970 di Osaka. Acara itu bukan sekadar pameran teknologi; ia merupakan simbol optimisme global setelah Perang Dunia II, menampilkan tema besar “Kemajuan dan Harmoni untuk Umat Manusia.” Negara-negara dari seluruh dunia berkumpul untuk memperlihatkan inovasi masa depan — mulai dari arsitektur futuristik, robotika, komunikasi satelit, hingga eksplorasi luar angkasa.
Kojima menggambarkan pengalamannya sebagai berikut:
“Saya mengalami langsung masa depan dan harmoni dunia. Expo 1970 menunjukkan kepada saya koeksistensi berbagai negara, ras, agama, adat istiadat, dan sejarah. Itu adalah perwujudan nyata dari masa lalu dan masa depan, dunia dan harmoni.”
Bagi seorang anak yang tumbuh di Jepang pada masa ketika televisi warna baru mulai populer, pengalaman menyaksikan teknologi, seni, dan budaya dunia yang menyatu dalam satu tempat adalah hal luar biasa. Dari situlah, menurut Kojima, lahir rasa ingin tahu yang tak pernah padam tentang globalisme, teknologi, dan eksistensi manusia — tiga fondasi utama dalam karya-karyanya kelak.
Dari Osaka ke Dunia: Pengaruh Expo 1970 pada Metal Gear Solid dan Death Stranding
Metal Gear Solid dan Gagasan Tentang Dunia yang Terhubung
Ketika Kojima menciptakan Metal Gear Solid pada akhir 1990-an, ia tidak hanya membuat game aksi dengan elemen penyusupan (stealth), tetapi juga mengangkat isu-isu politik dan etika global: perang nuklir, kekuatan informasi, dan dampak teknologi terhadap kemanusiaan.
Pandangan globalis yang ia serap dari Expo Osaka terlihat jelas di setiap game-nya. Dalam Metal Gear Solid 2: Sons of Liberty, misalnya, Kojima menggambarkan bagaimana informasi dapat dikontrol oleh sistem digital global, jauh sebelum istilah fake news dan algoritma media sosial menjadi nyata di dunia modern.
“Expo itu mengajarkan saya bahwa teknologi bukan sekadar alat, tapi kekuatan yang bisa menyatukan atau menghancurkan dunia,” tulis Kojima dalam esainya.
Death Stranding dan Filosofi “Menghubungkan Dunia”
Empat puluh sembilan tahun setelah Expo 1970, Hideo Kojima kembali membawa pesan yang sama melalui Death Stranding (2019). Dalam game tersebut, pemain berperan sebagai Sam Porter Bridges, seorang kurir yang bertugas menghubungkan kembali kota-kota terisolasi di Amerika pasca-kiamat melalui jaringan komunikasi yang disebut Chiral Network.
Kojima menegaskan bahwa konsep connection ini lahir dari keyakinan masa kecilnya tentang pentingnya harmoni global dan keterhubungan antar manusia — sebuah ide yang secara simbolik berasal dari momen Expo 1970.
“Tanpa acara itu, pola pikir futuristik dan globalisme saya tidak akan pernah berkembang, dan akibatnya, Metal Gear dan Death Stranding pun tidak akan pernah ada,” tulisnya.
Hideo Kojima dan Ketertarikannya pada Budaya Dunia
Pengaruh Sinema Amerika dan Hollywood
Selain inspirasi dari Osaka Expo, Kojima juga dikenal gemar menyerap pengaruh dari berbagai budaya populer, terutama film Hollywood. Serial Metal Gear jelas menunjukkan pengaruh film aksi Amerika era 1980–1990-an, sementara proyek seperti Snatcher dan Policenauts merupakan penghormatan kepada film klasik seperti Blade Runner dan Lethal Weapon.
Dalam era modern, ia memperkuat hubungan ini dengan menggandeng aktor-aktor Hollywood terkenal seperti Norman Reedus, Mads Mikkelsen, dan Léa Seydoux untuk proyek Death Stranding dan Death Stranding 2: On The Beach. Namun di balik kolaborasi glamor itu, filosofi global yang ia tanamkan tetap sama — bahwa manusia harus saling memahami lintas budaya dan batas negara.
Globalisme Sebagai DNA Kreativitas
Kojima adalah satu dari sedikit kreator game Jepang yang secara konsisten menempatkan isu global, eksistensial, dan filosofis di inti karyanya. Ia tidak hanya ingin membuat game yang menghibur, tetapi juga yang menyampaikan pesan sosial dan emosional.
Pandangan globalisnya terbentuk bukan hanya karena pengaruh budaya barat, tetapi juga karena pengalaman nyata melihat dunia bersatu di Expo 1970. Dalam pandangan Kojima, setiap proyek game adalah bentuk komunikasi lintas budaya — cara untuk “menghubungkan orang” sebagaimana tema yang diangkat dalam Death Stranding.
Kritik terhadap Expo 2025: “Kurang Ambisi dan Visi Futuristik”
Refleksi dari Sang Visioner
Menjelang pelaksanaan Pameran Dunia Osaka 2025, Kojima menulis bahwa ia merasa acara baru ini tidak memiliki ambisi futuristik yang sama seperti Expo 1970. Dalam pandangannya, dunia modern justru kehilangan semangat eksplorasi dan rasa kagum terhadap masa depan.
“Saya merasa edisi tahun ini mengecewakan dibandingkan tahun 1970,” kata Kojima. “Dulu, setiap paviliun berbicara tentang harapan dan mimpi. Sekarang, saya merasa kita lebih fokus pada kemudahan dan efisiensi, bukan visi masa depan.”
Komentar ini menunjukkan bahwa Kojima masih memegang erat idealisme masa kecilnya, di mana masa depan adalah sesuatu yang harus diimpikan, bukan sekadar dihitung secara ekonomis.
Nostalgia dan Harapan untuk Generasi Baru
Meskipun terdengar pesimis, banyak penggemar percaya bahwa refleksi Kojima ini adalah ajakan bagi generasi muda untuk kembali menemukan makna dari “mimpi futuristik.” Di era ketika teknologi berkembang sangat cepat namun kehilangan arah moral, pesan dari Expo 1970 masih relevan: teknologi seharusnya digunakan untuk mempererat hubungan manusia, bukan memisahkan mereka.
Dan dalam konteks dunia video game, semangat itu terus hidup melalui karya-karya Kojima yang menghubungkan realitas dan fiksi, masa lalu dan masa depan, serta manusia dan mesin.
Pengaruh Pameran Dunia Osaka terhadap Filosofi Desain Kojima
Dunia yang Penuh Harmoni dan Konflik
Baik Metal Gear Solid maupun Death Stranding selalu menggambarkan dua sisi realitas manusia — harmoni dan konflik. Ide tersebut jelas mencerminkan nilai-nilai Expo Osaka yang menampilkan koeksistensi antar bangsa, tetapi juga mengingatkan bahwa kemajuan teknologi dapat membawa konsekuensi yang berbahaya.
Di setiap karya Kojima, selalu ada ketegangan antara kemajuan teknologi dan nilai kemanusiaan. Dari Metal Gear REX hingga Chiral Network, teknologi selalu menjadi pedang bermata dua — mencerminkan filosofi futuristik yang ia pelajari sejak masa kecil.
Hideo Kojima dan Masa Depan Imajinasi Global
Kini, di usia 60 tahun, Hideo Kojima tetap menjadi simbol kreativitas lintas budaya dan batas geografis. Ia tidak hanya menciptakan game; ia menciptakan pengalaman yang menyatukan ide, filosofi, dan emosi manusia.
Pameran Dunia Osaka tahun 1970 mungkin sudah lama berlalu, namun semangat yang ditanamkan di hati seorang bocah bernama Hideo Kojima masih terus hidup — melalui setiap momen senyap dalam Death Stranding, setiap monolog eksistensial Solid Snake, dan setiap dunia futuristik yang ia ciptakan untuk generasi masa depan.
